Sebagai "wong jowo", kita tak asing dengan kata kuwalat sebagai bentuk ancaman bagi orang yang menyalahi tatakrama.
Hal ini menunjukkan betapa orang orang tua kita sangat menganjurkan kita untuk bertatakrama dengan cara penyampaian yang sederhana namun penuh makna.
Kita diajari menjaga Anggah ungguh pada orang lain dengan selayaknya baik yang lebih tua maupun yang lebih muda, terlebih kepada orang yang memiliki keistimewaan secara agama.
Namun sayangnya, kebaikan ajaran ini sekarang sedang digembosi oleh sedikit orang yang mengusung slogan indah "Pemurnian tauhid".
Ya.. mereka tak henti hentinya mencari cari kesalahan ( Tajassus ) setiap gerak orang disekitarnya untuk kemudian disalah salahkan.
Sepertinya semangat Menyalahkan telah menjadi bagian dari Ibadah mereka.
Seperti dalam tawassul, mereka mengatakan tidak ada yang bisa memberi madlarat selain Allah.
Memang betul dan sangat betul sekaligus super betul..
Namun aktualisasi keyakinan seperti itu bagaimana ?..
Jika saya takut Kuwalat pada Masyayikh saya,apa berarti saya berkeyakinan bahwa Masyayikh mampu menjadikan petaka bagi saya seperti halnya Allah ?!..
Alquran maupun Sunnah telah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan mengancam siapapun yang durhaka.
Untuk apa ancaman itu ?!..
Mengapa harus diancam ?!..
Hmmmm..
Pada dasarnya yang mendatangkan ancaman sekaligus menjadikannya bukan kedua orang tua..!!!
Dan tidak salah mengucapkan "Ojo wani maring wong tuo marahi kuwalat", karena tidak menunjukkan bahwa orang tua bisa menjadikan kuwalat..!!.
Mungkin contoh kasus di bawah ini lebih bisa mewakili :
Kita semua yakin bahwa yang bisa menjadikan untung/celaka hanyalah Allah.
Ketika di langit mendung hitam pekat plus petir yang menyambar nyambar, saya akan menyuruh anak saya untuk masuk rumah berteduh.
Hal itu bukan karena saya yakin bahwa mendung,hujan atau petir bisa menjadikan celaka.
Tapi akan menjadi lucu jika saya katakan "Teruslah bermain nak,hujan atau petir itu tidak bisa menjadikan kamu celaka".
Hal ini menunjukkan betapa orang orang tua kita sangat menganjurkan kita untuk bertatakrama dengan cara penyampaian yang sederhana namun penuh makna.
Kita diajari menjaga Anggah ungguh pada orang lain dengan selayaknya baik yang lebih tua maupun yang lebih muda, terlebih kepada orang yang memiliki keistimewaan secara agama.
Namun sayangnya, kebaikan ajaran ini sekarang sedang digembosi oleh sedikit orang yang mengusung slogan indah "Pemurnian tauhid".
Ya.. mereka tak henti hentinya mencari cari kesalahan ( Tajassus ) setiap gerak orang disekitarnya untuk kemudian disalah salahkan.
Sepertinya semangat Menyalahkan telah menjadi bagian dari Ibadah mereka.
Seperti dalam tawassul, mereka mengatakan tidak ada yang bisa memberi madlarat selain Allah.
Memang betul dan sangat betul sekaligus super betul..
Namun aktualisasi keyakinan seperti itu bagaimana ?..
Jika saya takut Kuwalat pada Masyayikh saya,apa berarti saya berkeyakinan bahwa Masyayikh mampu menjadikan petaka bagi saya seperti halnya Allah ?!..
Alquran maupun Sunnah telah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan mengancam siapapun yang durhaka.
Untuk apa ancaman itu ?!..
Mengapa harus diancam ?!..
Hmmmm..
Pada dasarnya yang mendatangkan ancaman sekaligus menjadikannya bukan kedua orang tua..!!!
Dan tidak salah mengucapkan "Ojo wani maring wong tuo marahi kuwalat", karena tidak menunjukkan bahwa orang tua bisa menjadikan kuwalat..!!.
Mungkin contoh kasus di bawah ini lebih bisa mewakili :
Kita semua yakin bahwa yang bisa menjadikan untung/celaka hanyalah Allah.
Ketika di langit mendung hitam pekat plus petir yang menyambar nyambar, saya akan menyuruh anak saya untuk masuk rumah berteduh.
Hal itu bukan karena saya yakin bahwa mendung,hujan atau petir bisa menjadikan celaka.
Tapi akan menjadi lucu jika saya katakan "Teruslah bermain nak,hujan atau petir itu tidak bisa menjadikan kamu celaka".
Kalliminnaas 'ala qadri 'uquulihim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar