Berbicara mengenai jumlah hitungan shalat tarawih sedikit banyak akan menimbulkan polemik bagi sebagian kita.
Seperti yang telah menjadi realita bahwa dalam pelaksanaan tarawih ada yang melakukan 20 rakaat,ada juga yang 8 rakaat.
Di sini saya hanya ingin menjelaskan mengapa saya memilih yang 20 rakaat.
Sebagaimana telah diketahui awal shalat tarawih didasarkan pada shalat yang dilakukan Rasulallah sepanjang 3 malam pada bulan ramadhan terakhir dalam kehidupan beliau..
Waktu itu Beliau melakukan shalat di masjid dan lantas para Shahabat serta merta mengikutinya.
Jumlah rakaat yang dilakukan Beliau secara berjamaah adalah 8,kemudian Beliau meneruskannya di rumah hingga hitungan rakaatnya menjadi 20.
Demikian juga para shahabat.
Selanjutnya pada satu malam,Beliau tidak keluar masjid padahal jumlah muslimin yang hadir di masjid semakin banyak. Ketika shubuh,beliau keluar dan menjelaskan alasan Beliau tidak keluar pada tadi malam. Yaitu khawatir jika nantinya shalat tersebut diwajibkan bagi ummat Beliu.
Jadi tidak keluarnya Beliau tidak bisa menjadi dalil jika tarawih tidaklah disunnahkan.
Demikian juga hitungan 8 rakaat tidak bisa menjadi patokan jumlah rakaat tarawih karena terbukti Rasulullah dan juga para shahabat meneruskannya hingga menjadi 20 rakaat.
Praktek tarawih yang demikian terus berlangsung hingga masa kekhaifahan Sayyidina Abu Bakar.
Ketika Sayyina Umar menjadi khalifah,Beliau melihat banyaknya kaum muslimin yang melakukan tarawih di masjid dengan tanpa jamaah.
Menyikapi peristiwa ini,Beliau lantas berinisiatif untuk menertibkan pelaksanaan shalat tarawih dengan memerintahkan agar dilakukan secara jamaah.
Mulai saat itulah pelaksanaan shalat tarawih dilakukan secara berjamaah sebanyak 20 rakaat.
Para Shahabat yang masih hidup pada waktu itu tidak ada satupun yang menentang bahkan semua menyetujui dan mematuhinya.
Dalam salah satu hadits Rasulullah memerintahkan kita untuk berpegang pada sunnah Beliau dan sunnah Khulafa Rasyidin.
Hadist lain malah ada yang menjelaskan kita diperintahkan untuk mematuhi 2 Orang (Sayyidina Abu Bakar & Sayyidina Umar ) setelah Rasulullah wafat.
Jadi saya mematuhi Sayyidina Umar karena diperintahkan oleh Rasulullah.
Seperti sudah saya jelaskan di atas, ini alasan mengapa saya memilh 20 rakaat.
Jika dianggap ini masalah furu'iyah khilafiyah,berarti kita harus dewasa untuk menyikapi perbedaan.
Bukan dengan mudah mengatakan Sesat,Bidah,Haditsnya palsu dan semisalnya.
Madu akan terasa pahit menurut orang yang sakit lidah seperti halnya matahari terlihat gelap bagi orang yang sakit mata.
Seperti yang telah menjadi realita bahwa dalam pelaksanaan tarawih ada yang melakukan 20 rakaat,ada juga yang 8 rakaat.
Di sini saya hanya ingin menjelaskan mengapa saya memilih yang 20 rakaat.
Sebagaimana telah diketahui awal shalat tarawih didasarkan pada shalat yang dilakukan Rasulallah sepanjang 3 malam pada bulan ramadhan terakhir dalam kehidupan beliau..
Waktu itu Beliau melakukan shalat di masjid dan lantas para Shahabat serta merta mengikutinya.
Jumlah rakaat yang dilakukan Beliau secara berjamaah adalah 8,kemudian Beliau meneruskannya di rumah hingga hitungan rakaatnya menjadi 20.
Demikian juga para shahabat.
Selanjutnya pada satu malam,Beliau tidak keluar masjid padahal jumlah muslimin yang hadir di masjid semakin banyak. Ketika shubuh,beliau keluar dan menjelaskan alasan Beliau tidak keluar pada tadi malam. Yaitu khawatir jika nantinya shalat tersebut diwajibkan bagi ummat Beliu.
Jadi tidak keluarnya Beliau tidak bisa menjadi dalil jika tarawih tidaklah disunnahkan.
Demikian juga hitungan 8 rakaat tidak bisa menjadi patokan jumlah rakaat tarawih karena terbukti Rasulullah dan juga para shahabat meneruskannya hingga menjadi 20 rakaat.
Praktek tarawih yang demikian terus berlangsung hingga masa kekhaifahan Sayyidina Abu Bakar.
Ketika Sayyina Umar menjadi khalifah,Beliau melihat banyaknya kaum muslimin yang melakukan tarawih di masjid dengan tanpa jamaah.
Menyikapi peristiwa ini,Beliau lantas berinisiatif untuk menertibkan pelaksanaan shalat tarawih dengan memerintahkan agar dilakukan secara jamaah.
Mulai saat itulah pelaksanaan shalat tarawih dilakukan secara berjamaah sebanyak 20 rakaat.
Para Shahabat yang masih hidup pada waktu itu tidak ada satupun yang menentang bahkan semua menyetujui dan mematuhinya.
Dalam salah satu hadits Rasulullah memerintahkan kita untuk berpegang pada sunnah Beliau dan sunnah Khulafa Rasyidin.
Hadist lain malah ada yang menjelaskan kita diperintahkan untuk mematuhi 2 Orang (Sayyidina Abu Bakar & Sayyidina Umar ) setelah Rasulullah wafat.
Jadi saya mematuhi Sayyidina Umar karena diperintahkan oleh Rasulullah.
Seperti sudah saya jelaskan di atas, ini alasan mengapa saya memilh 20 rakaat.
Jika dianggap ini masalah furu'iyah khilafiyah,berarti kita harus dewasa untuk menyikapi perbedaan.
Bukan dengan mudah mengatakan Sesat,Bidah,Haditsnya palsu dan semisalnya.
Madu akan terasa pahit menurut orang yang sakit lidah seperti halnya matahari terlihat gelap bagi orang yang sakit mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar