Oleh Suryono Zakka
Bukan kaum khilafah jika tidak memfitnah. Siapapun yang dianggap tidak mendukung ideologi khilafah, akan mereka serang bertubi-tubi dengan meminjam tangan antek-anteknya. Mulai dari produksi hoax, menebar isu murahan hingga playing victim alias memposisikan diri sebagai pihak yang didzalimi padahal biangnya pelaku dzalim.
Antek khilafah ini menyebar diberbagai media. Saling berbagi peran untuk menipu masyarakat awam dengan mengatasnamakan Islam. Mencetak buletin, media online hingga fanspage dan grup untuk mempromosikan dagangan khilafahnya. Mengunggah tulisan provokatif penuh kebohongan yang dibalut dengan ayat suci. Kaum perusak berjubah agama.
Diantara deretan antek khilafah, ada nama Nasrudin Joha alias Nasjo dan Hilmi Firdausi. Jika Joha tokoh penakut yang sampai hari ini tidak berani menampakan wujudnya alias makhluk astral yang mabok agama, sedangkan Hilmi adalah makhluk nyata yang kerap melempar fitnah pada siapapun yang anti khilafah. Persamaan keduanya, sama-sama antek khilafah penebar fitnah yang miskin literasi.
Joha gemar menyerang pemerintah dan NU. Tulisan-tulisannya bukan kritik yang membangun apalagi ulasan yang cerdas namun semuanya berisi sampah informasi. Hanya cocok dinikmati oleh bangsa khilafah dari negeri gurun. Terlebih bangsa khilafah pendatang baru yang lagi semangat-semangatnya jihad. Bangkitlah libido takfirinya.
Bukan hanya pemerintah dan NU, sasaran fitnah Joha pun diarahkan pada Muhammadiyah. Tulisan tidak nyambungnya diarahkan pada Petinggi Muhammadiyah, Haedar Nashir. Alih-alih ingin mengoreksi pidato sang Guru Besar Haedar Nashir, Joha Malah membuka kedok kekurangcerdasan akalnya. Itulah jika kritisisme tidak dibangun dengan keilmuan yang kuat. Menelanjangi keculunannya alias senjata makan tuan. Balas kena semprot langsung KO.
Joha berharap jika mampu mematahkan isi pidato Haedar Nashir, maka Muhammadiyah akan tunduk pada ideologi khilafah. Tak semudah itu. Muhammadiyah sangat berpengalaman menjaga NKRI. Lebih tua dari NU. Jangan berhadap Muhammadiyah akan kecantol syahwat politik nan licik ala Londoniyah. Jika ingin menaklukkan Muhammadiyah maka taklukkan dulu NU. Jika sampai hari ini ideologi tetap Pancasila dan NU masih berdiri, pertanda antek khilafah tidak bisa menaklukkan Muhammadiyah dan tidak ada tempat di NKRI.
Hilmi Firdausi, wujudnya tampak sebagai seorang ustadz sehingga mudah menggaet remaja unyu dan emak-emak yang sedang semangat belajar agama ala mie instan. Fitnah kejinya dengan menuliskan dugaan adanya ormas Islam yang mendapat sesuatu sebagai tutup mulut dari pemerintah China atas penyiksaan muslim Uighur. Kita tentu sudah tahu ormas mana menurut dia (sebagaimana pemberitaan katanya) yang diberi sesuatu dari China yakni NU dan Muhammadiyah.
Andaikan Hilmi ini antek khilafah yang cerdas, tentu tidak akan mengunggah sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. Karena NU dan Muhammadiyah tidak sependapat dengan ideologi khilafah lantas Hilmi memfitnah sedemikian rupa. NU dan Muhammadiyah sangat besar jasanya bagi NKRI. Lantas adakah andilnya kaum khilafah bagi negeri ini? Nol besar. Kalau selalu membuat kisruh iya. Dimana ada antek khilafah, disitulah tersebar fitnah.
Setiap muslim tentu tersayat hatinya melihat penderitaan saudara muslim lainnya. Berusaha membantu secara nyata dan do'a. Kaum khilafah tak perlu sok-sokan paling membela kaum Uighur. Pemerintah, NU dan Muhammadiyah sudah memberikan kecaman sebagai wujud kepedulian baik dalam bentuk tulisan hingga mengirim utusan untuk melihat situasi yang sebenarnya. Selain itu, China adalah negara yang berdaulat yang tidak dengan mudah diganggu pihak lain. Ini adalah urusan internal antara pemerintah China dan kaum Uighur. Ada batas-batas otoritas bagi negara lain yang tak boleh dilanggar.
Kitapun tidak tahu bagaimana karakter kaum Uighur ini, apakah umat Islam yang moderat ataukah yang mbalelo seperti antek khilafah ini. Ditambah gambar atau video yang belum pasti benar. Kita tak tahu agenda tersembunyi setiap media. Bukankah saat ini sedang gencarnya perang dagang China-Barat (AS)? Bukankah antek khilafah adalah piaraan Barat? Tak aneh jika antek khilafah paling keras teriak anti China. Semuanya multi tafsir.
Kalau memang antek khilafah konsisten, seharusnya kaum khilafah paling terdepan berjihad membela kaum Uighur untuk menegakkan khilafah disana. Bukankah jihad membunuh orang kafir China dan komunis pahalanya besar menurut doktrin mereka? Bukankah ini jalan jihad yang selama ini diimpikan antek khilafah untuk bertemu 72 bidadari surga nan cantik jelita yang aduhai? Bukan malah ngompori teriak-teriak bahwa pemerintah, NU dan Muhammadiyah abai. Padahal mereka sendiri anti dengan pemerintah yang mereka sebut rezim kafir dan dzalim. Dimana akal warasnya kaum khilafah ini?
Dimanakah negara yang selama ini menjadi idola kaum khilafah? Kok tidak ada yang nongol? Turki yang selama ini dipuja-puja antek khilafah sembari mengolok-olok negeri sendiri kok belum hadir atau belum jihad atau mungkin tidak punya nyali menyerbu China yang katanya musuh Islam? Bukankah saat ini waktu yang tepat bagi Turki atau Hizbut Tahrir Londoniyah dan antek-antek khilafahnya untuk menegakkan kembali khilafah ala minhajin nubuwwah sebagai power umat Islam dunia? Hellow?
Jadi intinya, membela ajaran Islam, umat Islam bahkan menegakkan syariat Islam membutuhkan ilmu dan strategi bukan tangan hampa yang hanya cukup teriak-teriak membabi buta seperti antek khilafah. Ingat, fitnah kaum khilafah sama kejamnya dengan komunis. Waspadalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar