Oleh Suryono Zakka
Tidak layak jika kelompok ini menamakan diri sebagai "NU Garis Lurus" atau "Aswaja Garis Lurus". Mencatut nama NU namun bertujuan merusak NU. Membawa nama keagungan NU namun untuk tujuan batil.
Bagaimana mungkin membuat nama baru dengan embel-embel "Garis Lurus" sedangkan Hadratussyeikh mbah Hasyim dan poro muassis NU tidak pernah mewasiatkan itu. Sungguh su'ul adab atau kebobrokan adab terhadap para pendiri NU.
Benarkah gerombolan garis lurus ini bertujuan menyelamatkan NU dan memperjuangkan khittah NU?
NU sejak didirikan hingga saat ini selalu membawa keselamatan dan membawa perdamaian. NU lahir batin menjaga NKRI dan benteng Aswaja di NKRI bahkan benteng Aswaja dikancah Internasional. Dimana-mana acara NU sering mengadakan selametan. Sejak dulu NU selalu ditengah-tengah tidak radikal dan tidak liberal. Apanya yang mau diselamatkan?
NU sejak zaman old hingga zaman milenial selalu sesuai dengan khittah. Tidak pernah keluar dari rel Aswaja dan NKRI. Setia pada Pancasila, menaungi empat madzhab, moderat, toleran, amar ma'ruf nahi munkar bil ma'ruf dan bertasawuf. Politik NU selalu berlandaskan pada politik keumatan dan kebangsaan. Hanya kaum yang kurang gaul yang ingin mereformasi NU.
Bagaimana mungkin bercita-cita menyelamatkan NU namun bergandengan mesra dengan kelompok radikal anti Pancasila dan menjadi antek khilafah? Sejak kapan mbah Hasyim berniat mendirikan Khilafah? Justru antek khilafah yang mengaku NU tidak paham tentang sejarah NU. Nampak sekali bahwa gerombolan garis lurus ini tidak lain hanyalah kaum yang ingin menghancurkan NU.
Jika memang karena anti terhadap seorang tokoh atau beberapa tokoh di PBNU yang mereka cap sesat dan kafir maka tidak perlu membuat NU garisan. Cukup dilawan dengan pemikiran. Bersaing secara sehat, waras dan sportif dikancah muktamar. Bukan menikam dari belakang. Kecuali mereka yang bermental pengecut sebagai barisan sakit hati. Membuat NU sempalan agar dianggap paling lurus tanpa sedikitpun belokan.
NU sejati dan lurus tidak pernah mengklaim paling lurus. Jika ada yang mengaku paling lurus sejatinya tidaklah lurus melainkan pura-pura lurus. Hanya mereka yang terjangkiti virus kesombongan yang menamakan diri sebagai golongan yang paling lurus. Memohon jalan yang lurus pada Tuhan bukan berarti harus menamakan diri sebagai golongan lurus.
NU itu dinamis. Tidak menuhankan akal dan tidak menuhankan teks melainkan titik temu antara teks dan konteks sehingga dakwahnya selalu responsible, adabtable dan kontekstual. Hanya kelompok diluar NU yang kagetan ketika melihat dinamika NU. NU tidak hanya diwakili oleh satu pemikiran melainkan beragam corak pemikiran dan kaya akan khazanah intelektual sehingga wajar jika hari ini NU tetap tegak berdiri, panjang umur dan insyaAllah akan terus lestari hingga akhir zaman.
Saya berpendapat bahwa munculnya NU garisan adalah bangkitnya kelompok Khawarij gaya baru (Neo-Khawarij). Ideologi sempalan ala Khawarij cirinya adalah yang terinveksi virus takfiri. Gampang menstigma kelompok diluar mereka dengan tuduhan kafir dan sesat. Mirip dengan Khawarij klasik yang mengkafirkan pengikut sayyidina Ali dan kaum Ahlussunnah. Berkata manis seolah menegakkan kebenaran dan hukum Allah dengan gemar mengutip ayat suci namun bertujuan batil yakni memecah belah umat Islam.
Khawarij yang sekarang mudah menuduh sesat warga NU dan mengkafirkan sekte Syiah. Hanya karena warga NU tidak mengkafirkan Syiah lantas dituduh pengikut Syiah. Hanya karena tidak melaknat dan mencaci maki Syiah lantas dituduh sebagai penganut Syiah. Dituduh liberal karena perbedaan pandangan. Dituduh syirik karena mempertahankan tradisi. Jika memang mengaku NU, mbokya banyak membaca sehingga bertambah referensi keilmuannya. Tidak kagetan dan gagap melihat perbedaan. Jika memang bukan NU, marilah bersaing secara sehat untuk memajukan umat. Bukan dengan cara-cara licik dan kotor merusak marwah NU namun mengatasnamakan NU.
Segeralah bertaubat dengan taubat yang sebenarnya. Sebelum para wali murka dan kualat dengan para pendiri NU. Tak cukup hanya tulisan maaf untuk menebus dosa-dosa yang selama ini dilakukan pada tokoh-tokoh NU. Sowan dan tabayun adalah cara elegan sebagai ciri warga NU. Kecuali mental pecundang. Jika tidak segera bertaubat, maka tunggulah kebinasaannya. HTI dan PKI saja tumbang berhadapan dengan NU apa lagi hanya penjual gorengan eh garisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar