Oleh Suryono Zakka
Bagi kelompok radikal, Tuhan dianggap sebagai sosok angker yang tugasnya hanya membunuh. Tuhan diimajinasikan sebagai zat yang galak, beringas, rajin membinasakan dan sibuk menimpakan petaka untuk hamba-Nya. Bahkan Tuhanpun perlu disuruh-suruh untuk membunuh agar Tuhan terlihat ganas dan ditakuti semua hamba-Nya.
Dalam nalar kaum radikal, siapapun yang berbeda wajib ditumpas. Siapapun yang berbeda dengan pendapatnya pasti salah dan pasti masuk neraka. Tidak ada jalan kebenaran bagi kelompok lain. Kebenaran dalam benak kaum radikal adalah tunggal. Orang yang berbeda sikap dan pendapat pasti salah dan kalau tidak salah maka harus mau disalahkan. Tuhanpun dianggap salah kalau tidak mau mengabulkan permintaannya.
Tak peduli seorang presidenpun. Jika tak sesuai dengan pendapatnya maka presiden harus salah. Jangankan presiden, lha wong Tuhan saja didikte semaunya apalagi hnya manusia biasa seperti Jokowi. Akal radikal memang seperti itu. Memakai mental Khawarij. Jangankan punya sopan santun pada presiden, pada Tuhan saja tidak punya adab. Pokoknya Tuhan harus nurut sama gue, kalau gak nurut, Tuhan akan gue pecat atau gue pensiunkan. Begitu nalar koplak kaum radikal.
Kaum radikal selalu cekak akalnya. Memandang sebuah permasalahan hanya satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain. Yang ada dalam benaknya hanya benar dan salah atau halal dan haram. Makruh atau mubah tidak dipakai. Jadi apapun kebijakan presiden akan selalu salah dimata kaum radikal. Apapun tindakan presiden harus salah. Maju kena, mundur kena karena semua sudah didasari dengan sikap kebencian.
Kaum radikal itu licik. Jika ada kebaikan atau jasa dari kelompok lain tidak mau komentar tapi kalau ada sedikit saja kekurangan dari kelompok lain maka paling kenceng teriaknya. Jika ada kebijakan pemerintah yang telah terlihat manfaatnya maka kaum radikal mingkem tapi kalau ada kebijakan pemerintah yang tidak disukainya maka paling lantang suaranya. Pelit memuji tapi paling rajin mencela.
Kaum radikal juga rajin membawa Tuhan untuk mengelabui kelompok lain. Tuhan dijadikan alat propaganda dan monopoli untuk melampiaskan amarahnya. Kelompok lain tak dianggap punya Tuhan. Semua kehendak Tuhan sudah mereka borong. Setiap tindakannya, meskipun buruk selalu pakai stempel Tuhan. Setiap kejadian dijadikan tunggangan untuk menumpangkan pemerintahan. Kini kasus Corona dijadikan ajang untuk menjatuhkan Jokowi.
Untungnya Jokowi selalu sabar dalam memimpin rakyat yang modelnya seperti ini. Jika mereka tak pernah berhenti mencaci, maka Jokowi tidak pernah berhenti mengabdi. Betapa beratnya menjadi seorang presiden. Belum selesai ibunya dihina saat meninggal kini Jokowi dihujat habis-habisan entah yang keberapa kalinya tak terhitung.
Untungnya lagi, bukan kelompok radikal yang memimpin negeri ini. Tak dapat dibayangkan jika mereka memimpin dan menguasai negeri ini, entah apa jadinya. Mereka yang tak memiliki kekuasaan saja selalu teriak-teriak dengan pongahnya tak punya hormat pada pemimpin apalagi jika mereka yang memimpin. Naudzubillah mindzalik. Jangan sampai.
مَنْ أَهَانَ السُّلْطَانَ أَهَانَهُ اللهُ (رواه الترمذي)
Barangsiapa yang menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya (HR al-Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar