Oleh Suryono Zakka
Walau telah sekian lama NKRI berdiri, Walau sudah sekian lama kita merdeka, namun upaya-upaya untuk merongrong kedaulatannya terus dan tetap ada. Upaya kelompok tertentu untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain atau mengganti ideologi Islam moderat di Indonesia dengan ideologi radikal nyata adanya.
Beberapa ideologi asing yang sangat berbahaya yang jelas-jelas mengancam persatuan bangsa diantaranya:
1. Wahabisme
Ideologi yang diperkenalkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi adalah ideologi ekstrim yang merusak kemurnian Islam. Ideologi radikal yang menolak keanekaragaman madzhab dan tafsir. Ideologi Wahabi menolak pluralitas tafsir agama dan khilafiyah. Mereka memonopoli kebenaran.
Efek dari ideologi Wahabi adalah paham takfiri dan terorisme. Mengkafirkan umat Islam diluar golongannya. Gampang menuduh sesat dan kafir hanya karena perbedaan penafsiran. Menurut Wahabi, tidak ada tafsir agama melainkan kebenaran tunggal. Diluar pemahaman mereka, semua sesat dan ahli neraka. Begitu doktrin radikal Wahabi.
Mereka menipu atas nama sunnah. Antek-antek Wahabi menipu umat atas nama manhaj salaf. Yang mereka perjuangkan bukanlah sunnah Muhammad bin Abdullah melainkan sunnah Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka teriak anti bid'ah namun faktanya ahli bid'ah yang sesungguhnya. Bukan aliran salaf melainkan aliran khalaf (kelompok baru) yang telah merusak citra Islam.
Walau tidak secara langsung memusuhi Pancasila, ideologi Wahabisme adalah benih ideologi teror. Merusak keharmonisan bangsa terutama kerukunan internal umat beragama. Mereka memusuhi sesama umat Islam. Menyerang amaliyah dan pendapat umat Islam yang berbeda secara frontal. Tidak aneh jika ideologi Wahabi dilarang diberbagai negara.
Alhamdulillah. NKRI masih tetap damai dan Islam di Indonesia masih saling toleran karena ada organisasi besar Islam moderat sebagai arus besar dan mainstrem Islam Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah dengan misi Islam Berkemajuan dan Nahdlatul Ulama dengan misi Islam Nusantara mampu meredam ideologi radikal Wahabi.
Alhamdulillah. Kader-kader ulama muda NU telah sigap membendung ideologi Wahabi. Memberikan jawaban-jawaban dan bantahan atas kejahatan dan kesesatan Wahabi. Seindah apapun kemasan dan bungkus ideologi Wahabi, tetap akan terendus kebusukannya. Kader-kader militan NU sukses membongkar kejahatan Wahabi.
2. Khilafahisme
Kita tidak boleh main-main dengan antek khilafah. Walau organisasi ini telah dilarang oleh pemerintah seperti halnya PKI, namun gerakannya terus massif mempropagandakan ideologi khilafah diseluruh lini. Walau organisasi ini telah menjadi organisasi haram diberbagai negara namun para sales khilafah tidak berhenti untuk mengasongnya.
Target utama adalah anak remaja dan kawula muda yang tidak paham Islam dan umat awam yang tidak paham tentang sejarah NKRI. Mereka ahli memfitnah dan memutarbalikkan fakta sejarah. Sejarah dinarasikan dan dikemas dengan misi penegakan khilafah.
Untuk menipu kaum awam, antek khilafah seperti Hizbut Tahrir bergaya seperti ulama atau ustadz. Berdandan ala Azhari (ulama Al-Azhar). Mengutip ayat dan hadits yang telah dibungkus dengan cita rasa khilafah. Orang awam akan mudah terprovokasi dan tertipu.
Salah satu penipuan antek khilafah adalah membuat film "Jejak Khilafah di Nusantara". Film ini adalah bagian dari propaganda media agar umat muslim di Nusantara terdoktrij ideologi khilafah seolah NKRI ini dulunya telah menegakkan khilafah. Mereka menipu seolah kesultanan-kesultanan di Nusantara menegakkan khilafah dibawah naungan Turki Utsmani.
Faktanya, kesultanan di Nusantara tak ada satupun yang menegakkan khilafah ala Tahririyah HTI. Bahkan sejak rasulullah memimpin dengan mendirikan negara Madinah hingga dilanjutkan oleh Khulafa' Rasyidah tak ada satupun bentuk negara yang sesuai dengan misi Hizbut Tahrir. Hingga dinasti-dinasti selanjutnya, tak ada satupun yang menegakkan khilafah ala antek HTI. Jelas upaya HTI menipu sejarah untuk membohongi umat Islam.
Turki, yang selama ini dipuja-puja antek khilafah tak berniat menegakkan khilafah. Khilafah Turki Utsmani telah tamat dan saat ini Turki telah menjadi negara sekuler. Jelaslah bahwa NKRI menjadi target utama untuk dijadikan pusat khilafah diseluruh dunia oleh Hizbut Tahrir. Mengapa memilih Indonesia? Karena Indonesia lahan yang subur dan asset utama yang cocok untuk menjadi ladang kekuasaan khilafah.
Lemahnya peran pemerintah dalam membendung khilafah, dimanfaatkan antek-antek HTI untuk menyebarluaskan ideologinya keseluruh penjuru. Mulai media tulis, website online hingga film. Sebuaylh upaya besar dan dahsyat untuk segara menegakkan khikafah di NKRI.
3. Komunisme
Ideologi komunisme memang telah sekarat untuk tidak dikatakan mati. Komunisme adalah produk gagal yang dulu pernah berjaya dimasa keemasannya. Kini, negara-negara yang dulunya berasas komunis telah berubah menjadi negara sekuler. Ideologi komunis telah banyak ditinggalkan oleh pengagumnya.
Meskipun produk gagal dan ideologi yang tak laku lagi, ideologi komunis harus tetap diwaspadai. Walau kemungkinan kecil akan bangkit, namun sebuah ideologi tak akan seratus persen mati apalagi dulu pernah jaya. Waspada namun dengan tidak gegabah dan berlebihan sebab pertarungan ideologi akan terus ada di Indonesia. Isu komunis bangkit tak lepas dari propaganda antek Wahabi dan antek Khilafah.
Upaya lahirnya komunisme melalui RUU HIP jelas langsung ditolak oleh seluruh elemen bangsa sebab isu komunisme adalah isu sensitif yang seluruh agama membencinya. Jadi tak ada tempat sedikitpun bagi ideologi komunis di NKRI.
4. Fanatisme SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan).
Fanatisme SARA memang bukan ideologi namun pemahaman yang menyimpang. Walau bukan ideologi namun efeknya juga besar. Fanatisme SARA juga sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI. Jika setiap kelompok saling menghina satu sama lain atas nama agama, suku dan adat istiadat maka NKRI bisa pecah. Betapa NKRI ini didirikan atas dasar keberagamaan atau pluralitas jadi tak ada satupun yang boleh merasa lebih unggul dari kelompok yang lain. Semua elemen punya nilai kesetaraan.
Yang muslim dan non-muslim punya hak dan kewajiban yang sama dalam bernegara. Suku Melayu tak lebih hebat dari suku Jawa. Pun suku Jawa tak boleh menghina suku minoritas yang lain. Semua adalah saudara sebangsa. Punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga NKRI agar tidak ambruk.
Sensitifitas SARA harus kita jaga agar NKRI tetap lestari. Jika ada oknum yang mencoba memantik isu SARA dengan menghina atau merendahkan sebuah suku maka jelas ini adalah pelanggaran dan telah menciderai kehidupan berbangsa. Tak perlu dicontoh. Namanya saja oknum. Abaikan.
Demikian beberapa ideologi dan pemahaman berbahaya yang dapat merusak keutuhan NKRI. Jangan beri ruang sedikitpun agar negeri ini tetap berdiri kokoh. Jangan biarkan NKRI hancur. Jika tak sepakat dengan Pancasila, silakan hengkang dari NKRI. Selamat menjaga NKRI. Salam Islam Nusantara. Salam Indonesia Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar